Menulis Kembali Cerpen - Dunia Kecil Di Belakang Rumah

oke, sekarang saya akan menampilkan "Menulis Kembali Cerpen" yang berjudul "Dunia Kecil Di Belakang Rumah" yang sudah saya posting tadi


Menulis Kembali Cerpen

DUNIA KECIL DI BELAKANG RUMAH
Karya : Efendi Wongso


Helen memberikan sepasang baju berwarna merah jambu kepada Siti Zulaikha, bocah pemulung kardus. Warnanya yang sangat norak justru membuat gadis itu sangat senang. Sampai-sampai dia memeluk Helen dan menciumi pipinya. Mereka memang sudah sebulan akrab berteman. Ini merupakan pengalaman pertama Helen bersahabat dengan gadis cilik pemulung kardus di perkampungan kumuh belakang rumahnya. Tetapi orang tuanya tidak tau akan ini semua. Dan juga karyawan rumah yang setiap hari mengawasi gerak-gerik Helen sepanjang siang dan malam. Sepasang pengusaha kaya, Tuan Hidayat Razak dan Nyonya Tinneke Warouw terlalu berlebihan dalam mendidik anaknya. Helen selalu pulang dan pergi sekolah dengan di antar-jemput oleh supir pribadi suruhan orang tuanya. Padahal, Helen sendiri merasa risih karena saat ini dia sudah berumur 16 tahun. tapi orang tuanya masih saja memasungnya. Helen hidup serba berkecukupan. Hingga suatu saat dia memberikan baju itu untuk Siti Zulaikha.
“Baju ini buat siapa, Kak?..”
“Baju ini untukmu, Zul!”
“Tapi..”
“Sudahlah. Kamu terima saja”
            “Tapi, Kak…” Siti masih ngotot tidak mau menerima pemberian Helen.
            “Kamu terima saja, Zul! Kakak ikhlas kok”
            “Tapi, apakah orang tua kakak enggak marah sama Zul?”
            “Baju ini gak ada harganya di mata mereka, Zul. Jadi terima saja”
            “Terima kasih, Kak Helen” ucapnya sambil tersenyum
            “Sama-sama J
            Helen sangat senang memiliki teman baru sekarang ini. dia tidak merasa kesepian lagi seperti di rumah. Meski banyak sekali permainan yang terpampang nyata di sana. Sebenarnya Helen dulu tidak merasa bete seperti sekarang ini saat di rumah. Karena dulu Helen memiliki teman bermain yaitu Oma Selena, Ibu dari Mamanya. Tapi, kehidupan Helen berubah setelah Omanya meninggal dunia. Dia sangat merasa kesepian. Orang tunya terlalu sibuk dalam urusan bisnis. Jadi untuk sekarang ini, satu-satunya harapan untuk dijadikan teman bercanda hanyalah Zulaikha.
            Pertemuan Helen dan Siti Zulaikha sangatlah singkat. Sebulan lalu, Helen bertemu gadis itu di depan gerbang rumahnya yang sedang mencari-cari kardus bekas di sela-sela pembuangan sampah di sana. Merasa penasaran, Helen pun bertanya untuk apa kardus-kardus itu.
            “Hai.. buat apa kardus-kardus bekas itu?”
            “Ini untuk buat rumah, Kak. Sisanya nanti dijual”
            “Rumah-rumahan ya? Wah.. Hebat banget kamu. Keren…”
            “Bukan itu. Tapi ini buat rumah beneran, Kak. Rumahku sama keluargaku”
            “Loh..? Rumah beneran? Aaah. Yang bener kamu” Jawab Helen tak percaya
            “Beneran, Kak. Ini untuk berteduh. Nanti atapnya dari seng”
            “Jadi kamu sama keluargamu tinggal di rumah-rumahan dari kardus?”
            “Iya, Kak. Kayak rumah yang ada yang di seberang kanal itu” sambil menunjuk ke arah sungai.
Helen masih saja keheranan atas apa yang dialami pemulung kecil itu. Dia benar-benar tidak percaya. Di jaman yang modern ini, masih saja ada sejuta orang berada di bawah garis kemiskinan. Terlebih lagi mereka berada di belakang rumah megah Helen yang selama ini tidak diketahui olehnya. Helen sadar bahwa mencari uang itu susah dan dia sangat mensyukuri apa yang telah dia miliki selama ini.
            Persahabatannya dengan gadis pemulung itu masih terus berjalan hingga saat ini. hingga suatu hari saat mereka jalan bersama, Zul bertanya sesuatu kepada Helen
            “Kakak kok mau temenan sama Zul? Padahal kan Zul miskin, jelek, dekil, gak punya apa2. Enggak seperti Kak Helen”
            “Hahahaha. Kamu ini. yang namanya berteman itu dari hati, Zul. Bukan dari fisik ataupun materi”
            “Tapi apa kakak  enggak malu kalo jalan sama Zul kayak begini?”
            “Kenapa harus malu, Zul. Lagian kan kita udah deket banget”
            “Tapi Zul takut, Kak sama orang tua kakak”
            “Ngapain harus takut Zul? Orang kita enggak salah”
            “Tapi kak, Zul minder kalau berteman sama kakak.”
            “udahlah Zul. Kita sama-sama manusia. Gak boleh ada rasa kayak gitu. Lagian buat apa Kakak selama ini udah ngajarin Zul membaca, menulis, dan berbagi ilmu kalo nggak untuk masa depan Zul? Nanti kalau Zul udah sukses, Zul bisa buat rumah yang lebih layak dari yang selama ini keluarga Zul tempatin. Iya kan?”
            “Tapi…”
            “Sudah. Mulai tadi tapi2an melulu. Kamu itu sekarang sudah jadi adik Kak Helen”
            “Apa kak? Kakak ngaco ah”
            “Beneran Zul. Kamu mulai sekarang adalah adik dari Helen Cherry. Jadi kamu gak usah malu-malu lagi kalau jalan sama Kakak. Oke J
            Tanpa berkata apa-apa, gadis pemulung itu sangat bahagia dengan apa yang barusan didengarnya. Kembali ia memeluk Helen dengan sangat erat. Sampai air matanya jatuh menetes membasahi baju Helen. Helen pun begitu Mereka sangat terharu atas kejadian ini. Persahabatan mereka sangat indah meski mereka datang dari kehidupan yang berbeda…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Menulis Kembali Cerpen - Dunia Kecil Di Belakang Rumah"

Posting Komentar